Pentingnya Pencegahan Anemia Defisiensi Besi Sejak Dini
Oleh: dr. Made Ayu Meita Wulandari A., M.A.R.S
RealitasBali – Anemia defisiensi besi masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai belahan dunia, terutama di kalangan remaja. Menurut data penelitian tahun 2023, sekitar 40% remaja di negara berkembang mengalami anemia defisiensi besi. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan kognitif dan prestasi akademik remaja.
Penting untuk kita ketahui, dalam penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anemia defisiensi besi memiliki hubungan erat dengan penurunan fungsi kognitif pada remaja. Dimana, zat besi berperan penting dalam proses mielinisasi, pembentukan neurotransmiter, dan metabolisme energi di otak. Ketika kadar zat besi dalam tubuh tidak mencukupi, proses-proses vital ini terganggu, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan kognitif remaja.
Apa itu Anemia Defisiensi Besi?
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah dalam tubuh rendah dan tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Dinyatakan anemia apabila kadar hemoglobin dalam darah dibawah normal yaitu < 12 g/dl. Sedangkan Anemia defisiensi besi merupakan salah satu jenis anemia yang paling umum terjadi. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi, sehingga jumlah sel darah merah mengalami penurunan. Di sisi lain, zat besi merupakan mineral penting bagi tubuh yang berguna untuk menghasilkan hemoglobin, yaitu salah satu komponen sel darah merah.
Jenis anemia ini sering terjadi pada kelompok usia tertentu, yaitu:
– Bayi dan anak-anak yang tidak mendapatkan cukup asupan zat besi dari ASI atau susu formula.
– Usia remaja, cenderung mengalami proses pertumbuhan yang sering kali menghabiskan cadangan zat besi lebih cepat, sehingga lebih berpotensi mengalami kekurangan zat besi.
– Lansia di atas usia 65 tahun. Hal ini disebabkan karena lansia cenderung makan lebih sedikit dan memiliki sakit kronis sehingga tidak mendapatkan asupan zat besi yang cukup.
– Orang dengan kondisi medis tertentu, seperti gangguan autoimun atau gangguan sumsum tulang belakang.
Gejala anemia antara lain:
· Lemas dan cepat lelah
· Kulit pucat atau kekuningan
· Berdebar
· Napas pendek
· Pusing dan berkunang-kunang
· Nyeri dada
· Tangan dan kaki terasa dingin
· Sakit kepala
· Sulit berkonsentrasi
· Insomnia
Faktor penyebab dari kekurangan zat besi adalah:
1. Ketidakmampuan tubuh menyerap zat besi, contohnya pada gangguan usus, seperti penyakit celiac, yang memengaruhi kemampuan usus untuk menyerap nutrisi dari makanan yang tubuh cerna.
2. Kekurangan darah, yaitu sejumlah kondisi yang dapat memicu hilangnya darah secara signifikan, yaitu:
– Menstruasi berat
– Tukak lambung.
– Hernia hiatal
– Memiliki riwayat polip usus besar atau kanker kolorektal.
3. Tidak mendapatkan zat besi yang cukup dari makanan yang dikonsumsi. Adapun jenis makanan kaya zat besi, seperti hati, bayam, ikan, dan daging merah.
4. Ibu yang sedang hamil, menyebabkan persediaan zat besi pada ibu hamil berperan penting dalam meningkatkan volume darah serta menjadi sumber hemoglobin untuk janin yang sedang tumbuh.
5. Penderita gagal ginjal kronis.
Lakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi anemia melalui:
1. Pemeriksaan Hemoglobin à Kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal mengindikasikan anemia. Kisaran hemoglobin normal umumnya 13,2-16,6 gram (g) hemoglobin per desiliter (dL) darah untuk pria dan 11,6-15 g/dL untuk wanita.
2. Tes total kapasitas pengikat besi (TIBC) à TIBC adalah tes darah untuk melihat apakah darah dalam tubuh seseorang memiliki kelebihan atau kekurangan zat besi.
3. Kadar Transferin, yaitu Zat besi mengalir melalui darah yang melekat pada protein àJika seseorang mengidap anemia defisiensi besi kadar zat besi dalam tubuhnya akan rendah tetapi TIBC akan tinggi.
4. Tes ukuran dan warna sel darah merah à Dengan anemia defisiensi besi, sel darah merah lebih kecil dan warnanya lebih pucat dari biasanya.
5. Pemeriksaan Hematokrit à Hematokrit adalah persentase volume darah sel darah merah. Kadar normal umumnya antara 35,5-44,9 persen untuk wanita dewasa dan 38,3-48,6 persen untuk pria dewasa.
Bagaimana cara mencegah anemia defisiensi besi sejak dini?
· Pada bayi dan anak, pencegahan dapat melibatkan pemberian ASI atau susu formula yang sudah terfortifikasi zat besi selama satu tahun pertama.
· Konsumsi suplemen zat besi tambah darah secara rutin (terutama saat menstruasi dan selama kehamilan bagi wanita).
· Mengkonsumsi makanan tyang kaya zat besi, seperti Hati ayam, Ikan, Daging merah, Bayam, Kacang-kacangan, seperti kacang hitam, kacang hijau, dan kacang merah.
· Menghindari makanan dan minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, seperti Teh dan Kopi.
· Pastikan juga untuk mengonsumsi makanan dan minuman kaya vitamin C untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi, seperti Jeruk, Stroberi dan Brokoli.
Dampak dari Anemia defisiensi besi jika tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, yaitu :
· Masalah jantung, seperti detak jantung yang cepat dan tidak teratur, pembesaran jantung, atau gagal jantung.
· Masalah selama kehamilan, seperti kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, atau gangguan pertumbuhan janin.
· Masalah pertumbuhan pada anak, seperti berat badan yang rendah atau tubuh yang lebih kecil dibanding anak-anak pada umumnya atau stunting.
· Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
· Depresi
Sehingga, penting untuk kita lakukan pencegahan sejak dini terkait anemia defisiensi besi dan kenali gejalanya serta segera periksa ke Fasilitas Kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Salam sehat ! (red)