Festival Niti Raja Sasana Gelar Diskusi Anak Muda Bali Bersuara, Cari Pemimpin Ideal
RealitasBali.com – Festival Niti Raja Sasana yang diprakarsai oleh Puri Kauhan Ubud telah memasuki hari kedua, pada hari Minggu, 21 Juli 2024 kemarin.
Dengan mengangkat tema Anak Muda Bali Bersuara kegiatan diskusi kali ini menghadirkan beberapa narasumber yaitu Manggala Yowana Bali Kabupaten Gianyar Pande Made Widia, Ketua PD KMHDI Bali I Putu Duka Adi Suantara, Ketua Persadha Nusantara Bali Ketut Sae Tanju, Ketua Umum PP APHB Gde Wikan Pradnya Dana, dan Ketua DPP Peradah Bali Putu Eka Mahadhika.
Sae Tanju sangat mengapresiasi kegiatan dari yang diinisiasi oleh Kepala Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana ini.
“Sangat kami apresiasi, sangat luar biasa menghargai kami sebagai anak muda dalam konsep berpikir, mendukung segala tindakan dan gerak kami dalam mengembangkan SDM Bali, khususnya anak muda”, jelasnya.
Menurut Sae Tanju, kegiatan seperti Niti Raja Sasana Festival ini menjadi sebuah ruang baru dan pola pikir baru serta semangat dan motivasi baru untuk anak muda.
“Tentunya akan menjadi sebuah ruang baru dan pola pikir baru serta semangat dan motivasi baru untuk kami anak muda bisa lebih konsen bisa menciptakan para pemimpin baik bagi bali, pemimpin – pemimpin yang bisa mengayomi ngempu bali kedepannya.
Ketua DPP Peradah Bali Putu Eka Mahardhika menambahkan, kriteria pemimpin ideal adalah pemimpin yang harus bisa berdasarkan sebuah sastra Bali dan sastra hindu
“Yang bagaimana hari ini dia harus berdasarkan pemahamannya dia tentang bagaimana membangun budaya itu sendiri”, tuturnya.
Eka menambahkan, seorang pemimpin juga harus mendalami ajaran tetuanya, peduli pengembangan SDM dengan paham lingkungan.
Bukan menjual apa yang ada dimiliki Bali ini.
Di sisi lain, Ketua Umum PP APHB Gde Wikan Pradnya Dana tak menutup kemungkinan menggelar acara serupa.
“Nanti sudah ada rencana kita untuk melakukan dialog dan diskusi seperti itu dan kita bisa melihat siapa pemimpin-pemimpin atau calon-calon pemimpin Bali.
“Ini yang mau dan siap berdiskusi terkadang banyak orang yang merasa sudah ada di atas angin tidak mau membuka dialog dan tidak mau berdiskusi lagi,” tutup Pradnya Dana. (red)