Kenali Nyeri Dada Akibat Serangan Jantung!
Oleh: dr. Putu Ayu Suastidewi, S.Ked
RealitasBali – Nyeri dada seringkali dihubungkan sebagai gejala serangan jantung. Namun sesungguhnya, tidak semua nyeri dada merupakan gejala dari penyakit jantung. Lantas, nyeri dada seperti apakah yang berhubungan dengan serangan jantung?
Salah satu gejala utama dari penyakit jantung adalah nyeri dada. Nyeri dada sendiri merupakan gejala dari beberapa macam penyakit jantung, seperti serangan jantung atau sindroma koroner akut, diseksi aorta, tamponade jantung, miokarditis, dan perikarditis. Patut diketahui, nyeri dada dapat juga disebabkan oleh masalah kesehatan lain, seperti masalah otot, paru-paru, dan lambung.
Menurut Kementerian Kesehatan, nyeri dada khas atau tipikal yang terjadi ketika serangan jantung atau sindroma koroner akut, diantaranya adalah nyeri dada seperti tertekan atau terasa berat area belakang tulang dada, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, bahu, ke punggung antara tulang belikat, atau ke epigastrium.
Keluhan ini dapat dirasakan beberapa menit atau lebih dari 20 menit. Keluhan nyeri dada tipikal ini seringkali bersamaan dengan keringat dingin, mual/muntah, sesak napas, dan hilang kesadaran. Jika mengalami gejala tersebut, segera periksakan diri ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit terdekat.
Adapun nyeri dada yang tidak khas atau atipikal untuk serangan jantung dapat ditemukan pada pasien usia muda (25-40 tahun) atau usia tua (>75 tahun), perempuan, penderita diabetes mellitus, gagal ginjal, atau demensia. Pada kelompok pasien ini, gejala akan muncul seperti nyeri di daerah penjalaran nyeri tipikal, gangguan di pencernaan, sesak napas yang sulit dijelaskan, atau rasa lemah yang tidak dapat diterangkan. Meskipun tidak khas dirasakan, penting untuk memeriksakan diri ke IGD untuk memastikan penyebab nyeri dada.
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung, yaitu dengan langkah periksakan kesehatan secara rutin, hindari asap rokok, rutin melakukan aktivitas fisik atau olahraga, batasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, atau lemak, istirahat yang cukup, dan kelola stress dengan baik. (red)