Kolaborasi Dinkes Denpasar dan LSM untuk Tekan Penularan HIV/AIDS
RealitasBali – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar menggandeng dua Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yakni Yayasan Gaya Dewata (YGD) dan Yayasan Spirit Paramacitta (YSP) untuk menekan angka penularan HIV/AIDS.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Denpasar Nyoman Dana, menerangkan, kedua LSM tersebut mendapatkan sokongan dana melalui Swakelola Tipe III (ST III) untuk mempercepat pencapaian target penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS).
Dana menyebut, upaya penanggulangan mengacu pada strategi global melalui percepatan dengan target “95-95-95”, yaitu 95 persen ODHIV mengetahui status HIV, 95 persen ODHIV yang terinfeksi HIV tetap mendapatkan terapi ARV, dan 95 persen ODHIV yang mendapat terapi ARV mengalami supresi virus.
“Jadi kita dari pemerintah menganggarkan, mengawasi dan pelaksanaannya oleh LSM dalam upaya pencegahan dan pengendalian menular seperti HIV,” kata Dana, Selasa (26/11/2024).
Dinkes Denpasar, lanjut Dana berharap dengan pengelola Swakelola Tipe III yang sudah berjalan dan akan terus berjalan tahun 2025 bisa menjangkau masyarakat atau penderita terutama yang berstatus Lost to Follow-Up.
Menurut data Dinas Kesehatan, terdapat estimasi 12.000 kasus HIV di Denpasar dengan rata-rata temuan 800 hingga 900 kasus baru per tahun. Usia produktif menjadi kelompok dengan kasus tertinggi, yakni 20-29 tahun (38%) dan 30-39 tahun (35%).
Sementara, Asisten Koordinator KPA Kota Denpasar Ni Wayan Sriwiyanti menyatakan angka penularan HIV di Kota Denpasar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Dia mengatakan kemunculan kasus baru HIV di Kota Denpasar masih terjadi dari tahun ke tahun. Setiap tahunnya ditemukan sekitar 800 hingga 900 kasus bahkan tahun 2015 dan 2016 temuan kasus baru HIV di atas 1.000 kasus.
“Banyak pasien yang berhenti minum obat karena merasa sehat, akses obat yang sulit, atau alasan pribadi lainnya. Kondisi ini menyebabkan virus kembali aktif dan meningkatkan risiko penularan,” jelasnya.
Pihaknya menargetkan tahun 2030 tidak ada penambahan kasus meskipun hal terjadi menjadi pekerjaan rumah yang tergolong besar bagi Dinas Kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya.
Dari data komulatif tahun 1987-2024 per September terdapat 6.217 orang positif HIV. Dari data tersebut, ada sekitar 5.000 orang yang masih rutin mengonsumsi obat sedangkan sisanya masuk kategori lost to Follow-Up.
“Itu yang kita perlu bantuan dari LSM untuk menjangkau itu. Kenapa dia sampai lost to follow-up. Tujuan kita menekan kematian akibat AIDS,” katanya.
Lebih jauh, Sriwiyanti mengatakan tujuan lain menggandeng LSM yakni untuk menjangkau populasi kunci HIV yang terdiri atas kelompok orang yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, di antaranya wanita pekerja seks (WPS), lelaki seks dengan lelaki (LSL), transgender, dan pengguna napza suntik (penasun). (idr)