Dewa Palguna Bicara Pemimpin Masa Depan di Festival Sastra Saraswati Sewana
RealitasBali – Festival Sastra Sewana 2024 memasuki hari ketiga penyelenggaraan pada Senin (22/7/2024). Pada hari ini digelar diskusi dengan mengangkat tema “Menggali Inspirasi Praktek Kepemimpinan Tokoh-tokoh Bali dalam Menjawab Tantangan Kekinian”.
Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) I Dewa Gede Palguna menjadi pembicaraan dalam diskusi tersebut.
Dewa Palguna berpendapat, kebutuhan terhadap seorang pemimpin itu haruslah muncul dari masyarakat.
“Karena dari sanalah muncul prakarsa tentang kegelisahan dan harapan yang diinginkan masyarakat,” jelas Palguna.
Menurutnya, sebagai bagian dari kehidupan bernegara dan berdemokrasi, maka partisipasi masyarakat harus dilibatkan dalam mencari sosok pemimpin yang ideal.
“Partisipasi itu bukan hanya sekedar ketika dia memberikan suara saat Pemilu. Namun turut serta memberikan pesan dan gagasan tentang persoalan-persoalan nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,” tutur mantan Hakim Mahkamah Konstitusi ini.
Palguna juga mengatakan melalui partisipasi aktif dari masyarakat, diharapkan hadir kebijakan-kebijakan konkret dari seorang pemimpin yang akan berefek positif bagi kehidupan.
“Dan tentunya kebijakan yang diambil dari seorang pemimpin, nantinya tidak berasal dari keinginannya sendiri,” jelasnya Palguna.
Terkait sosok pemimpin ideal Bali di masa depan, Palguna menyatakan haruslah yang benar-benar paham konsep yang ia jelaskan dan mampu memahami keinginan masyarakat Bali.
Terutama, kata Palguna, perihal problem fundamental pembangunan mendasar dan juga tantangan jangka panjang kedepan.
Sebagai contoh terkait sosok Gubernur Bali periode 1978-1988, Prof Dr Ida Bagus Mantra, yang menurutnya sangat jelas menanamkan fondasi pembangunan Bali secara berkesinambungan.
“Misalnya saat beliau memprakarsai berdirinya LPD (Lembaga Perkreditan Desa), hal itu bukanlah sekedar landasan ekonomi bagi masyarakat, tapi sekaligus juga sebagai benteng kebudayaan. Demikian juga dengan inisiasi Pesta Kesenian Bali di jaman beliau.
Terbayangkanlah kalau hal itu misalnya tidak ada, mungkin kesinambungan kelompok kesenian Bali tidak akan bertahan,” tandas Akademisi Hukum Universitas Udayana tersebut. (red)