Tuksedo Studio Produksi Sendiri Mobil Antik Seharga Rp 5-10 M, Wamen Ekraf Irene: “Dukung

Realitasbali- Wakil Menteri Ekonomi dan Kreatif Irene Umar Li mengungkapkan kekagumannya atas kerja seni kreatif dari anak-anak muda yang membuat replika mobil-mobil antik handmade di Tuksido Studio Gianyar Bali.
Dikatakan oleh Irene bahwa dengan melihat hasil karya para perajin dan seniman di Tuksedo studio, Indonesia patut berbangga memiliki talenta berbakat.
“Saya belajar banyak dari Pak Pudji, bahwa Indonesia luar biasa sekali. Ini salah satu upayanya kita dalam Ekraf untuk mencari treasure-treasure yang ada di seluruuh Indonesia. Bukan hanya di kota kota besar tapi di Bali juga ada. Ini bukan hanya mobil, ini adalah building arts, kita selalu bertanya Indonesia bisa gak sih membuat mobil buatan kita sendiri dan ini bisa dilihat disini dengan sangat presisi serta world class, satu satunya di dunia yang masih ada di sini,” ujar Irene dalam kunjungannya di Tuksedo Studio Sabtu 27 September 2025.
Dilambahkananya juga oleh Wamenkraf yang dikenal sebagai seorang inovator ekraf ini juga bangga karena anak anak muda yang dimentori oleh owner Tuksedo Studio Pudji Handoko dan Laksamana Gusti mampu membuat karya ini dengan presisi dan detilnya setiap inches sangat diperhatikan, bukan hanya soal mesin dan eksterior tapi juga interior seperti jok dan detil lain sangat diperhatikan.
“Menurut saya itu pride bagi setiap pekerjaan yang bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Dan setiap pekerja di sini kita sebut the artist bukan pekerja di bengkel dan ini adalah apresiasi terhadap setiap individu yang bekerja di sini,” jelasnya lagi.
Seperti diketahui Tuksedo Studio adalah sebuah manufaktur spesialis mobil-mobil klasik yang dibuat secara handmade dan bergerak dalam bidang pembuatan kit car, modifikasi, re-kreasi, hingga restorasi kendaraan,
Dalam kunjungannya, Irene didampingi pendiri Tuksedo Studio, Pudji Handoko, untuk melihat secara langsung hasil karya replika mobil buatan tangan yang telah menembus pasar dengan harga Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar per unit.
Dalam kesempatan itu Irene sempat menjelaskan kementeriannya saat ini sedang menyusun Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sebagai fondasi kerja. Menurutnya, sektor custom otomotif belum diatur secara mendetail sehingga perlu dipetakan lebih jelas.
“Under Ekraf yang mana atau under Kementerian lain yang mana supaya kami bisa menyelaraskan langkah kaki karena ini marketnya bukan hanya Indonesia. Tapi, bahkan demand-nya kebanyakan dari luar. Ini yang mau kami bereskan satu per satu,” ujarnya.
Ia menambahkan, kunjungannya juga bertujuan menggali kesulitan yang dialami pelaku ekonomi kreatif, termasuk dalam ekspor.
“Karena pesan langsung dari Bapak Presiden (Prabowo Subianto) untuk yang ribet tolong di-simplifikasi dan ini untuk mempermudah semua warga negara Indonesia untuk berkreasi dan menunjukkan kreasi mereka di kancah internasional. Jadi, kami menjalankan tugas di sini,” ucapnya.
Irene menegaskan pihaknya perlu waktu untuk menyerap masukan dari pelaku usaha sebelum mengeluarkan regulasi secara menyeluruh.
Kendala Ekspor Tuksedo Studio
Owner Tuksedo Studio, Puji Handoko, menyampaikan permintaan mobil buatannya datang dari berbagai negara, mulai dari Inggris, Eropa, hingga Timur Tengah.
“Mereka nggak hanya kolektor saja tapi, mobil-mobil ini kan disukai oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari anak kecil hingga orang tua, laki dan perempuan suka semua,” kata Puji.
Ia menyebut harga mobil buatannya berkisar 2-5 juta dolar AS per unit. Namun, hingga kini ekspor masih terkendala karena belum memiliki Vehicle Identification Number (VIN).
“VIN number ini memang sedang kami urus dan sekarang ini Gusti (anaknya) ada di Jakarta untuk mengurus itu. Tapi, ternyata nggak gampang untuk mengurus. Itu harus merubah peraturan dan banyak sekali yang perlu dilakukan oleh pemerintah sendiri,” ujar Puji.
Meski terkendala ekspor, Puji mengatakan banyak pelanggan tetap meminta diproduksi mobilnya. Saat ini, lima unit mobil ditargetkan rampung tahun ini untuk dikirim ke Jakarta, Dubai, hingga Amerika.
“Mereka bilang nggak apa-apa, nanti akan ketemu jalannya. Orang-orang ini saking kepinginnya punya mobil ini. Saya padahal sudah ngomong ini belum tentu bisa saya kirim, tapi mereka bilang nggak apa-apa jadikan saja sudah (produksi mobilnya),” tuturnya. ***