RealitasBali- Pelayanan paripurna pada pasien yang dirawat di rumah sakit pada dasarnya harus meliputi tiga hal, yaitu asuhan medis; asuhan keperawatan; dan asuhan gizi. Ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan bagian dari pelayanan medis yang tidak dapat dipisahkan.
Namun asuhan gizi seringkali diabaikan, padahal dengan asuhan gizi yang baik dapat mencegah seorang pasien menderita malnutrisi rumah sakit selama dalam perawatan, yang berdampak pada lamanya masa perawatan (length-of-stay) di rumah sakit serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien yang berarti pula meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan.
Pada pasien bedah digestif terjadi peningkatan stres metabolisme yang ditunjukkan dengan peningkatan kebutuhan energi dan protein. Apabila tidak segera mendapatkan zat gizi yang adekuat, maka akan terjadi pemecahan jaringan protein untuk memenuhi kebutuhan energi dari glukosa.
Pada operasi digestif dapat menimbulkan tingkat stres yang tergantung dari beberapa faktor yaitu jenis penyakit yang diderita dan lama penyakitnya serta status gizi sebelum operasi dan penyakit-penyakit penyertanya (Susetia, 2006). Pasien-pasien bedah yang memerlukan terapi gizi perlu dipertimbangkan jalur pemberian zat gizi yang akan diberikan. Jika saluran gastrointestinal berfungsi dan dapat diakses dengan aman, pemberian dilakukan
Kebutuhan paling utama yang harus dipenuhi oleh pasien dengan luka pasca pembedahan adalah nutrisi yang baik untuk sistem imun dan penyembuhan luka. Hal ini dikarenakan ada beberapa zat gizi yang sangat diperlukan untuk mendukung sistem imun tubuh dan berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Karena itu, pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat diperlukan, agar pasien dapat memperbaiki status nutrisi pasca pembedahan.
Bahwa nutrisi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Nutrisi sendiri berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, juga digunakan untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, serta mempercepat penyembuhan luka.
Rekomendasi diet bagi pasien pasca pembedahan adalah diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein). Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel – sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (telur, daging, susu, udang, kerang, keju) dan protein nabati (banyak terkandung dalam tahu, tempe, dan kacang – kacangan). Asupan nutrisi berupa protein dan vitamin A dan C, tembaga, zinkum, dan zat besi yang adekuat.
Protein mensuplai asam amino yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan regenerasi. Vitamin A dan zinkum dibutuhkan untuk epitelialisasi, dan vitamin C serta zinkum diperlukan untuk sistesis kolagen dan integrasi kapiler. Zat besi digunakan untuk sintesis hemoglobin yang bersama oksigen diperlukan untuk menghantarkan oksigen keseluruh tubuh. Nutrisi sendiri juga dapat membantu tubuh dalam meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh (sistem imun), dan pada akhirnya akan membantu proses penyembuhan luka.
Pasien pasca bedah memerlukan asuhan gizi khusus untuk percepatan penyembuhan luka, pemulihan, dan mencukupkan asupan gizi, terlebih pada kasus pasien pasca bedah dengan hemikolektomi dan reseksi ileum yang memepengaruhi fungsi saluran cerna, sehingga diperlukan asuhan gizi terstandar dengan pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) agar dapat menurunkan kadar sel darah putih, meningkatkan kadar albumin, serta menormalkan berat badan.
Setelah dilakukan intervensi gizi, fisik pasien mulai membaik di tandai dengan sudah bisa berpindah posisi tidur sendiri, hasil laboratorium biokimia RBC, WBC, HGB, HCT, dan albumin menunjukkan penurunan dan peningkatan menuju nilai normal, asupan pasien meningkat dari hari ke hari, namun belum dapat mencapai target (<60%). Pada kasus ini pemulihan kondisi pasien cukup cepat. Fungsi saluran cerna secara bertahap membaik ditandai dengan bentuk makanan pasien yang berubah dari cair hingga bubur kasar. Sehingga intervensi yang diberikan secara keseluruhan tercapai kecuali target asupan.
Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan akan di tangani. Pembukaan bagian tubuh ini umunya dilakukan tindakan perbaikan, yaitu dengan penutupan dan perbaikan luka.
Macam Pembedahan
1. Bedah kecil/minor seperti tindakan insisi (mengeluarkan nanah), ekstirpasi (pengangkatan massa tumor), dan sirkumsisi (sunat).
2. Pasca bedah besar/mayor, dibedakan dalam bedah pada saluran cerna (lambung, usus halus, usus besar, kandung empedu, pancreas) dan Bedah do luar saluran cerna (jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang dan sebagainya)
Penatalaksanaan diet yang tepat pasca bedah sangat penting untuk pemulihan yang optimal. Diet pasca bedah harus memperhatikan asupan nutrisi yang diperlukan dan meminimalkan risiko komplikasi. Dalam presentasi ini, akan dibahas penatalaksanaan diet yang efektif untuk pasien pasca bedah.
Diet Pasca bedah
Diet pasca bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
Tujuan Diet Pasca Bedah
Mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan cara: Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein), Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi dan zat gizi lain, Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Syarat Diet
Memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap bergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien, seperti:
1. Pasca bedah kecil/minor: makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal.
2. Pasca bedah besar/mayor: makanan diberikan secara hati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.
Kebutuhan Zat Gizi
– Energi diberikan sebanyak 30-40 kal/kg Berat Badan. Bagi pasien dengan penyakit tertentu atau keadaan kritis diberikan sesuai penyakitnya.
– Protein diberikan 1-1.8 gr/kg Berat Badan/hari. Bagi pasien dengan penyakit tertentu atau keadaan kritis diberikan sesuai penyakitnya.
– Lemak cukup, yaitu 20-25?ri total kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit tertentu atau keadaan kritis diberikan sesuai penyakitnya.
– Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total dari protein dan lemak untuk menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu atau keadaan kritis diberikan sesuai penyakitnya.
– Vitamin cukup, terutama vitamin A, B, C, dan K. Jika diperlukan boleh ditambahkan dalam bentuk suplemen
– Mineral cukup. Jika diperlukan boleh ditambahkan dalam bentuk suplemen
– Cairan cukup
– Jika kondisi pasien normal, kebutuhan cairan sebanyak 1500-2500 ml/24 jam atau 30-35 ml/kg Berat Badan
– Jika kondisi pasien hipovolemik atau hipervolemik harus diperhatikan antara cairan yang masuk dan keluar.
Komponen Diet Pasca Bedah
Diet pasca bedah terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, serat, dan vitamin. Karbohidrat memberikan energi, protein membantu memperbaiki jaringan tubuh, lemak berperan dalam penyerapan vitamin, serat membantu pencernaan, dan vitamin mendukung fungsi tubuh yang optimal.
Strategi Diet Pasca Bedah
Strategi diet pasca bedah meliputi makanan bergizi, porsi kecil tapi sering, hindari makanan olahan, tingkatkan asupan protein, tingkatkan asupan cairan, dan hindari makanan yang sulit dicerna. Dengan mengikuti strategi ini, pasien dapat mempercepat pemulihan dan mengurangi risiko komplikasi pasca bedah. Diet pasca bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta. Tujuan diet bagi pasien pasca bedah, adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien. *** (Disadur dari berbagai sumber)