Mulia-PAS Sambangi Tokoh Puri Ubud, De Gadjah: Sangat Hangat dan Luar Biasa
RealitasBali – Pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Made Muliawan Arya alias De Gadjah dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) menyambangi tokoh Puri Saren Agung Ubud, Gianyar, Jumat (4/10/2024).
Kedatangan Mulia-PAS disambut sejumlah tokoh Puri Ubud, seperti Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si. atau biasa disapa Cok Ace dan Tjokorda Gde Putra Sukawati (kakak kandung Cok Ace) dan Prof. Tjokorda Gde Raka Sukawati (adik kandung Cok Ace).
De Gadjah menyebut, kedatangannya bersama Agus Suradnyana disambut sangat hangat oleh keluarga Puri Ubud.
“Sangat hangat dan luar biasa (sambutan Cok Ace, red) selayaknya keluarga. Kita makan di dapur selayaknya keluarga.
“Jadi sudah artinya direstui oleh alam dan direstui oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ucap De Gadjah.
De Gadjah menilai, pertemuan pihaknya dengan tokoh Puri Ubud berlangsung sangat akrab dan cair.
“Itu artinya persaudaraan yang no drama. Jadi bisa tertawa lepas,” tuturnya menambahkan.
Sementara, Putu Agus Suradnyana berterima kasih karena diterima dalam suasana penuh keakraban di Puri Saren Agung Ubud.
“Kebetulan Cok Ace adalah dosen saya di Teknik Arsitektur Universitas Udayana dulu. Beliau menitipkan kesepahaman cara pandang tentang bagaimana mempertahankan budaya dari konsep parahyangan, pawongan, dan palemahan (Tri Hita Karana, red). Beliau sangat luar biasa.
“Dan menjadikan salah satu contoh bagaimana ke depan apa yang terjadi di Ubud (kemacetan dan permasalahan sosial lainnya, red) bisa diselesaikan sekaligus menjaga serta memfiltrasi nilai-nilai budaya luar agar tidak merusak budaya warisan nenek moyang kita. Ini penting karena nafas dari Ubud adalah budaya,” urai Putu Agus Suradnyana.
Mantan Bupati Buleleng dua periode itu menambahkan, Mulia-PAS akan mengakomodasi masukan-masukan Cok Ace jika terpilih.
“Ini penting bagi Mulia-PAS demi menjaga tata ruang Bali ke depan berbekal konsep-konsep yang diwariskan turun-temurun oleh para pendahulu kita, khususnya tentang konsep Tri Hita Karana, parahyangan, pawongan, dan palemahan,” pungkasnya. (red)