Wamenpar Ni Luh Puspa: Target Kunjungan Wisman 14-16 Juta Tahun ini BBTF Menyumbang Cukup Besar

Badung, RealitasBali – Pameran pariwisata terbesar di Indonesia, Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) kembali akan digelar pada 11 -13 Juni 2025, di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali.
Tahun ini, BBTF tidak hanya menampilkan destinasi unggulan seperti Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, dan Borobudur, tetapi juga memperkenalkan inovasi dalam tren pariwisata global melalui beberapa sektor strategis.
. Pariwisata Spiritual dan Kebugaran, peningkatan minat terhadap wellness melalui meditasi, yoga, dan kunjungan ke tempat suci untuk ketenangan batin dan keseimbangan hidup.
. Pariwisata Medis dan Kesehatan, menjawab meningkatnya minat wisatawan global terhadap layanan kesehatan berkualitas dalam suasana perjalanan yang nyaman.
. Pariwisata Petualangan, yang digemari generasi muda untuk eksplorasi alam dan ekowisata autentik.
. Wisata Mewah, yang menunjukkan pertumbuhan permintaan terhadap akomodasi eksklusif, layanan premium, dan pengalaman yang dipersonalisasi.
Hal ini terungkap dalam jumpa pers di hotel Griya Santrian Sanur, Sabtu 22 Maret 2025 yang dihadiri Wamen Pariwisata Indonesia Ni Luh Puspa dan pihak terkait.
Ni Luh mengatakan Pemerintah dalam hal ini Kemenpar mendukung kegiatan BBTF 2025 dan menegaskan komitmen pemerintah mendorong pariwisata nasional yang berkualitas dengan menitikberatkan pada keberlanjutan, pemerataan manfaat, dan pelestarian budaya serta lingkungan.
“Pariwisata berkualitas bukan hanya tentang peningkatan jumlah kunjungan, tetapi juga tentang bagaimana kita mengelola pertumbuhan tersebut secara bertanggung jawab. Melalui Gerakan Wisata Bersih dan pengembangan koridor wisata 3B, kami ingin memastikan bahwa setiap destinasi di Indonesia tumbuh dengan fondasi yang kuat: kebersihan, keberlanjutan, dan partisipasi aktif masyarakat lokal,” ujar Ni Luh Puspa.
Dua program prioritas yang diangkat adalah Gerakan Wisata Bersih, yang fokus pada pengelolaan sampah dan sanitasi destinasi, serta paket wisata 3B (Banyuwangi–Bali Barat–Bali Utara) guna mengurangi kepadatan di Bali Selatan dan mendorong pemerataan kunjungan.
Kedua program ini sejalan dengan strategi nasional untuk menjadikan keberlanjutan dan budaya sebagai pilar utama pariwisata Indonesia.
Sementara Ketua Panitia BBTF 2025, I Putu Winastra, mengatakan penyelenggaraan kali ini merupakan yang ke-11 dengan mengambil tema “Indonesia: Preserving Green Nature and Cultural Heritage for the World”. Diharapkan pemerintah ikut mendorong 10 Provinsi lain selain 6 Provinsi daerah wisata yang sudah terdaftar ikut.
Ketua ASITA Bali ini juga mengungkap, per 21 Maret 2025, BBTF mencatat partisipasi 192 perusahaan seller dari 6 provinsi (Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT), dengan 288 booth exhibitor dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Namibia.
Sebanyak 206 perusahaan buyer dari 38 negara telah terdaftar, termasuk dari India, Filipina, UEA, Australia, Prancis, hingga buyer baru dari Mauritius dan Lituania.
Winastra, mengatakan BBTF bukan sekadar pertemuan bisnis. Ini adalah platform strategis untuk memperkenalkan Bali sebagai pemimpin pariwisata berkualitas dan berkelanjutan, serta menarik wisatawan premium dan investasi bernilai tinggi.
BBTF 2025 akan menjadi panggung kolaborasi strategis antara pemerintah, pelaku industri, dan komunitas global. Tiga program unggulan tahun ini antara lain:
• Post Tour Signature Program – promosi destinasi melalui perjalanan eksklusif ke berbagai daerah.
• Talkshow & Knowledge Sharing – diskusi dari para ahli tentang tren global dan strategi berkelanjutan.
• Networking & Exhibition – memperluas jaringan bisnis lintas benua, termasuk Timur Tengah dan Amerika Latin.
Mendukung hal ini, Program dari Gubernur Bali “Satu Pulau, Satu Pola, Satu Tata Kelola” yang dijabarkan Kadispar Bali Tjok Bagus Pemayun, menyoroti tiga fokus utama Bali: pengelolaan sampah, penanganan kemacetan, dan perlindungan lahan produktif, yang selaras dengan tema BBTF mengenai pelestarian alam dan budaya.
Sugi Lanus, filolog dan budayawan Bali, mengingatkan pentingnya kembali ke akar budaya Bali sebelum melakukan promosi masif. Ia menekankan bahwa pemahaman filosofi dan kearifan lokal, seperti yang tercermin dalam Prasasti Blanjong, harus menjadi dasar dalam pembangunan pariwisata yang autentik dan berkelanjutan.
Sugi juga mengajak masyarakat dan pemerintah untuk lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya, seperti naskah-naskah lontar dan tradisi lisan, sebagai upaya menjaga jati diri Bali di tengah arus globalisasi. Dengan demikian, promosi pariwisata yang dilakukan akan memiliki fondasi budaya yang kuat dan autentik, sehingga dapat menarik wisatawan yang menghargai kedalaman budaya Bali.
Ketua GIPI Bali dan BTB, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menegaskan peran Bali dalam memimpin transformasi pariwisata melalui diversifikasi produk, adopsi teknologi digital, dan kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat daya saing Bali di tengah perubahan global. Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor—antara pelaku industri, akademisi, dan pemerintah—dalam menciptakan ekosistem pariwisata yang adaptif dan berkelanjutan.
Melalui pendekatan ini, Bali tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga laboratorium hidup bagi inovasi pariwisata masa depan Indonesia. Bali Tourism Board (BTB) memainkan peran penting dalam menguatkan prinsip pengelolaan destinasi, sebagai wadah koordinasi strategis yang mewakili lebih dari 30 asosiasi industri pariwisata di Bali.
Sinergi antar asosiasi ini menjadi kekuatan kolektif dalam mendorong pariwisata Bali yang berkelanjutan, berkualitas, dan berakar pada nilai-nilai lokal.
Mendukung aspek keberlanjutan, The Nusa Dua di bawah manajemen ITDC beri gambaran mengoperasikan instalasi pengolahan limbah air (WWTP) yang mendaur ulang lebih dari 3.200 m³ air per hari dan sedang membangun fasilitas pembangkit listrik dari sampah (waste-to-energy) berkapasitas 500 kW. Sementara itu, The Westin Resort Nusa Dua, Bali, menunjukkan komitmen pada pariwisata hijau melalui inisiatif seperti kompos organik, pengurangan plastik, dan program keterlibatan komunitas lokal.
Aspek keamanan juga menjadi perhatian utama. Kombes Pol. Musni Arifin, S.I.K., M.H., Direktur Pengamanan Objek Vital Polda Bali menyatakan:
“Kami akan memperkuat patroli, pengawasan, serta segera meluncurkan Mobile Police Tourism Unit dan Tourism Center untuk menangani wisatawan bermasalah dan menjamin keamanan destinasi pariwisata Bali.”BBTF 2025 adalah momentum strategis untuk menunjukkan bahwa Indonesia – melalui Bali – tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga pusat inovasi pariwisata global yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.***