Lifestyle & Olahraga

Skrining Diabetes Melitus pada Dewasa Muda: Deteksi Dini untuk Cegah Komplikasi

Oleh: dr. Made Ayu Meita Wulandari A., M.A.R.S

RealitasBali – Diabetes melitus (DM) atau lebih dikenal dengan kencing manis telah menjadi salah satu masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat secara signifikan, terutama di kalangan dewasa muda. Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2023, sekitar 537 juta orang dewasa (20-79 tahun) hidup dengan diabetes, dan angka ini diproyeksikan akan mencapai 783 juta pada tahun 2045 jika tidak ada tindakan preventif yang adequate. Yang lebih mengkhawatirkan, tren peningkatan kasus diabetes pada kelompok usia dewasa muda (20-45 tahun) menunjukkan akselerasi yang mengkhawatirkan dalam dekade terakhir.

Pergeseran pola hidup modern, termasuk pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan peningkatan obesitas, telah berkontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko diabetes pada populasi yang lebih muda. Studi terbaru yang dilakukan oleh (Rahman et al, 2022) mengungkapkan bahwa sekitar 40% kasus diabetes pada dewasa muda tidak terdiagnosis hingga komplikasi mulai muncul. Hal ini menegaskan pentingnya implementasi program skrining diabetes yang sistematis dan komprehensif untuk kelompok usia ini.

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah. Glukosa atau gula merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin, dimana insulin merupakan hormon yang membantu sel untuk menyerap gula. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah gula menjadi energi, sehingga gula menumpuk di dalam darah dan dapat menimbulkan gangguan Kesehatan.

Adapun gejala atau keluhan klasik yang muncul pada penderita diabetes melitus adalah sering merasakan haus dan lapar, sering kencing, penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya. Keluhan lain yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria dan gatal pada sekitar kelamin pada Wanita.

Kegiatan Skrining Diabetes Melitus di Klinik Polres Gianyar. (Dok.istimewa).
Kegiatan Skrining Diabetes Melitus di Klinik Polres Gianyar. (Dok.istimewa).

Klasifikasi Diabetes melitus, antara lain :

  1. Diabetes melitus tipe 1, yaitu terjadi akibat kerusakan dari sel beta pancreas, sehingga tidak dapat memproduksi insulin dengan optimal.
  2. Diabetes melitus tipe 2, yaitu terjadi resistensi insulin, dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara optimal sehingga gula menumpuk di dalam darah.
  3. Diabetes Gestational, yaitu diabetes yang terjadi pada ibu hamil saat trimester kedua atau ketiga, akibat perubahan hormon pada masa kehamilan.
  4. Tipe spesifik yang disebabkan oleh penyebab lainnya, seperti sindroma diabetes monogenic, penyakit eksokrin pancreas, dan disebabkan oleh obat-obatan atau kimia lain seperti pada penggunaan obat kortikosteroid penderita HIV AIDS.

Faktor resiko diabetes melitus adalah :

  1. Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes melitus
  2. Jarang beraktivitas fisik atau berolahraga
  3. Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  4. Menderita kolesterol tinggi
  5. Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
  6. Sering mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung steroid
  7. Tidak menjaga pola makan yang baik, seperti sering minum-minuman kemasan yang manis, soda atau junkfood.

Selain itu kita juga harus mengenal pencegahan Diabetes melitus, yaitu:

1. Pola makan sehat

Pola makan sehat merupakan salah satu kunci utama untuk terhindar dari diabetes. Batasi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula, kalori, dan lemak, misalnya makanan olahan, kue, es krim, dan makanan cepat saji ataupun minuman kemasan. Batasi asupan gula hanya sebesar 50gram (4 sendok makan) setiap harinya. Perbanyak konsumsi sayuran, buah, kacang, dan biji-bijian yang mengandung banyak serat dan karbohidrat kompleks.

2. Olahraga secara rutin

Olahraga rutin dapat membantu tubuh menggunakan hormon insulin dengan lebih efektif, sehingga kadar gula dalam darah dapat lebih terkontrol. Berolahraga minimal 30 menit sehari. Olahraga jenis apa pun, asalkan dilakukan dengan rutin.

3. Menjaga berat badan ideal

Berat badan ideal dapat ditentukan menggunakan kalkulator BMI. Jika nilai BMI lebih dari normal berarti mengalami obesitas. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena diabetes.

4. Mengelola stres dengan baik

Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko diabetes. Hal ini karena saat mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon stres (kortisol) yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.

5. Melakukan skrining pemeriksaan gula darah secara rutin

Skrining diabetes pada dewasa muda memiliki nilai strategis dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Menurut penelitian, deteksi dini melalui skrining dapat menurunkan risiko komplikasi diabetes hingga 60% dan meningkatkan kualitas hidup penderita secara signifikan.

Beberapa jenis dan prosedur tes yang dilakukan dalam skrining diabetes, yaitu:

1. Tes Gula Darah puasa

Sebelum dilakukan tes ini harus berpuasa minimal 8 jam sebelum pemeriksaan. Paling baik dilakukan di pagi hari, dengan kondisi tidak makan atau minum apa pun kecuali air putih. Normalnya 70-99 mg/dL

2.Tes Gula Darah Acak

Tes ini dapat dilakukan kapan saja tanpa perlu berpuasa terlebih dahulu sebelumnya. Normalnya <200 mg/dL

3.Tes HbA1c

Tes HbA1C atau tes hemoglobin terglikasi ini dapat mengukur kadar glukosa darah rata-rata, selama dua hingga tiga bulan terakhir. Metode skrining diabetes ini mengukur jumlah glukosa yang melekat pada hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Tes ini tidak perlu berpuasa terlebih dahulu. Normalnya <5,7%

4.Tes Toleransi Glukosa Oral

Saat skrining diabetes ini, kadar gula darah akan diukur pertama kali setelah puasa semalaman. Kemudian, petugas akan meminta untuk minum minuman manis khusus. Setelah 2 jam, akan dilakukan pemeriksaan gula darah lagi. Normalnya 70-139 mg/dL.

Implementasi program skrining diabetes menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesadaran masyarakat yang masih rendah dan keterbatasan akses layanan kesehatan. Menurut studi, hanya 35% dewasa muda yang secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan termasuk skrining diabetes. Alasan utamanya meliputi persepsi risiko yang rendah, keterbatasan waktu, dan faktor sosio-ekonomi. Sehingga, diperlukan peran dari fasilitas Kesehatan untuk mengedukasi kepada seluruh Masyarakat baik secara langsung saat pelayanan ataupun edukasi secara digital.

Komplikasi yang dapat terjadi jika menderita Diabetes melitus adalah :

1. Komplikasi akut, yaitu dapat terjadi Krisis hiperglikemi, dimana kadar gula darah sangat tinggi yaitu diatas 300 mg/dL dan dapat juga terjadi Hipoglikemi yang ditandai dengan menurunnya kadar gula darah <70 mg/dL.

2.Komplikasi kronis, terdiri dari :
-Terjadi pada pembuluh darah kecil, yaitu dapat terjadi retinopati (gangguan pada mata), nefropati (gangguan pada ginjal) dan neuropati (gangguan pada saraf).
-Terjadi pada pembuluh darah besar, yaitu stroke, penyakit jantung coroner, penyakit pembuluh darah tepi, dan dapat terjadi ulkus pada kaki.

Kesimpulannya, skrining diabetes pada dewasa muda merupakan hal yang penting dan sangat diperlukan di era saat ini, untuk menurunkan resiko terjadinya komplikasi di masa akan datang. Sehingga pola makan yang baik dan olahraga yang teratur merupakan kunci dari hidup yang sehat. Salam sehat! (red)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button