Dukung Ekonomi Rakyat, Wayan Koster Perkuat Regulasi Arak Bali

RealitasBali – Perayaan Hari Arak Bali ke-3 yang digelar di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali dengan tajuk “Arak Bali For The World”, Rabu (29/1/2025) menjadi momentum penting dalam pengakuan Arak Bali sebagai warisan budaya dan produk unggulan yang layak bersaing di kancah internasional.
Saat ditemui usai gelaran Hari Arak Bali 2025, Gubernur Bali Terpilih 2025-2030, Wayan Koster menegaskan komitmennya dalam mendukung eksistensi dan pengembangan Arak Bali sebagai bagian dari identitas budaya serta penggerak ekonomi masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya menjadikan Arak Bali sebagai spirit dunia yang mampu bersaing dengan minuman beralkohol terkenal lainnya.
“Jadi kita harus bangga, para tetua kita untuk kita mewariskan suatu karya budaya yang bagus sekali, arak ini. Gunakanlah ini secara positif bukan untuk mabuk tapi untuk kesehatan dan untuk memecahkan masalah juga”, ujar Koster.
Ia juga menyinggung peran Arak Bali dalam pandemi COVID-19, di mana minuman khas ini terbukti memiliki manfaat dalam pencegahan penyebaran virus.
“Kemarin waktu COVID -19 arak punya peranan untuk mengatasi pencegahan terhadap penularan COVID -19, itu bagus sekali dan juga untuk kesehatan hidup sehari-hari,” ungkap Koster.
Ke depan, ia berkomitmen untuk mendorong produksi dan distribusi Arak Bali agar lebih luas, baik di pasar domestik maupun internasional.
Dengan meningkatnya konsumsi dan permintaan pasar, Gubernur Wayan Koster menegaskan pentingnya pengelolaan dari hulu ke hilir dalam industri Arak Bali.
“Tentu saja harus terus menjaga dari hulu sampai hilir. Terutama di hulu karena peningkatan konsumsi dan pasarnya yang makin meluas, produksi harus ditingkatkan dan karena itu sumber dari bahan bakunya yaitu dari lontar, dari kelapa, dari enau itu mesti dikembangkan, dibudidayakan,” paparnya.
Selain itu, ia juga menegaskan komitmennya untuk memberantas arak gula, yang dinilai tidak hanya berbahaya bagi kesehatan tetapi juga merusak citra dan warisan budaya Arak Bali.
“Arak gula ini merusak karena mengandung etanol dari bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Arak Bali harus tetap diproduksi secara tradisional, sesuai dengan kearifan lokal,” tegasnya.
Ketua Panitia Pelaksanaan Hari Arak Bali 2025, Nathan Santoso, menegaskan bahwa acara ini bukan hanya perayaan, tetapi juga upaya membangun ekosistem yang kuat untuk mendorong Arak Bali menjadi produk unggulan nasional dan internasional.
“Jadi Arak for the world itu bukan cuma tagline, itu semangat dan itu adalah sebuah cita -cita yang harus diwujudkan,” ucap Nathan.
Di sisi lain, Wayan Koster menyoroti kendala dalam ekspor Arak Bali, terutama terkait pajak cukai yang tinggi.
“Ya, terlalu tinggi itu pita cukainya yang harus dibebankan kepada produsen. Sehingga itu membuat harga produk arak kita kemasan itu menjadi meningkat dia. Karena ini kerajinan rakyat, mestinya itu diberikan insentif. Jadi supaya bisa bersaing dan makin mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat dari arak itu,” pungkas Koster. (drh)